Senin, 23 September 2013

UJI EFEKTIVITAS SABUN CAIR DARI EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Staphylococcus aureus

UJI EFEKTIVITAS SABUN CAIR DARI EKSTRAK DAUN
PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Staphylococcus aureus

DHYA AYU WULANDARI
09.201.248

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2013
 


UJI EFEKTIVITAS SABUN CAIR DARI EKSTRAK DAUN
PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Staphylococcus aureus


Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana
Program Studi Farmasi
Disusun Dan Diajukan Oleh
DHYA AYU WULANDARI
09.201.248
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2013

SKRIPSI
UJI EFEKTIVITAS SABUN CAIR DARI EKSTRAK DAUN
PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Staphylococcus aureus



Disusun Dan Diajukan Oleh
DHYA AYU WULANDARI
09.201.248



Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Ujian Skripsi
Pada Tanggal 05 September 2013
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
Menyetujui


Dra. ARIANI BUANG, M.Si.,Apt
Pembimbing Utama




   HAERIA, S.Si.,M.Si                         Ajeng  Kurniati R, S.Si, M.Kes, Apt              Pembimbing Pertama                                  Pembimbing Kedua

Ketua Program Studi Farmasi                          Dekan Fakultas Farmasi

  Syafruddin, S.Si., M.Kes         Ajeng  Kurniati R, S.Si, M.Kes, Apt.
KATA PENGANTAR

                Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih atas berkat dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur.
                Mengawali ucapan terima kasih ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada Ayahanda Drs.Ec.Abd.Syukur Dallu.M.si dan Ibunda Nurmince.SE yang memberi doa, perhatian, kasih sayang, materi serta dorongan yang tidak henti–hentinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.  Untuk sudara-sudaraku kakaku Dirga Aditya Ningrat adekku Try Satya Nugraha teman teman kls C9 terutama kepada Khardianti yang selalu mengingatkan tentang jadwal perkuliahan, kemudian trima kasih banyak kepada kakanda Irman Idrus, S.Farm.,M.Kes, kakanda Dzul Asfi, S.Farm.,Apt. yang tidak bosannya membantu dan mendengarkan keluhanku dan keluarga besarku atas kasih sayang, doa dukungannya baik berupa moril maupun material mulai dari awal hingga akhir pendidikan penulis.
                Pada kesempatan ini pula penulis juga mengucapkan terima kasih tidak terhingga kepada Ibu Dra. Ariani Buang, M.Si.,Apt, selaku pembimbing utama, Ibu Haeria, S.Si.,M.Si selaku pembimbing pertama, dan Ibu Ajeng  Kurniati R, S.Si, M.Kes, Apt selaku pembimbing kedua atas keikhlasan meluangkan waktu, memberikan petunjuk dan saran, tenaga dan pikiran sejak perencanaan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:
1.     Rektor dan Ketua Yayasan Universitas Indonesia Timur
2.     Ibu Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur, Makassar.
3.     Ketua Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur, Makassar.
4.     Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur, Makassar.
5.     Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur, Makassar.
Serta keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan sehingga skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, kritik serta petunjuk demi kesempurnaan skripsi ini.

                                                                                        Makassar, 01September  2013

                                                                                                                   Penulis   

ABSTRAK

DHYA AYU WULANDARI, Uji efektivitas sabun cair dari ekstrak daun pepaya (carica papaya L.) Terhadap stphylococcus aureus (Dibimbing Oleh Ariani Buang, Haeria, dan Ajeng Kurniati R)

Telah dilakukan penelitian tentang Uji efektivitas sabun cair dari ekstrak daun Pepaya (carica papaya l.) Terhadap stphylococcus aureus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak daun papaya dapat di buat dalam formulasi sediaan sabun cair dan untuk mengetahui uji efektivitasnya terhadap Staphylococcus aureus. Bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun cair adalah ekstrak daun pepeya kemudian diformulasikan dengan variasi konsentrasi masing-masing formula dan kontrol negatif. Pengujian sediaan sabun cair  yang dilakukan antara lain uji aktivitas antimikroba yang dilakukan dengan menggunakan media Muller Hilton agar (MHA) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan paper disk, setelah di inkubasi 24 jam didapatkan zona hambatan untuk yaitu Formula I (kontrol negatif) 0 mm, untuk Formula II (2%) didapatkan diameter hambatan sebesar 27,1 mm, Formula III (3%) diameter hambatannya 29,63 mm, dan Formula IV (4%) diameter hambatannya sebesar 31,36 mm. Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode persamaan regresi linier formula IV dengan konsentrasi 4% yang memiliki nilai y yang paling besar yaitu 31,49.

Kata kunci : Uji efektivitas, Sabun cair, Ekstrak Daun Pepaya (Carica   
                     Papaya L.), Staphylococcus aureus


ABSTRACT


DHYA AYU WULANDARI, "Testing the effectiveness of liquid soap from leaf extracts of papaya (Carica papaya l.) Against Stphylococcus aureus (Guided By Ariani Buang, Haeria, and Ajeng Kurniati R)

Tests have been conducted research on the effectiveness of liquid soap Papaya leaf extract (Carica papaya
L.) against Staphylococcus aureus bacteria. The eksperiment to determine whether the papaya leaf extract can be made in the formulation of liquid soap preparation and testing to determine its effectiveness against the Staphylococcus aureus. Materials used in the manufacture of liquid soap is formulated papaya leaf extract with various concentration of each formula and negative controls. Testing liquid soap preparations undertaken include antimicrobial activity assay performed using media Muller Hilton agar (MHA) against Staphylococcus aureus by using paper disc, after 24 hours of incubation obtained in the zone of inhibition for the Formula I (negative control) 0 mm, for Formula II (2%) obtained obstacle diameter of 27.1 mm, Formula III (3%) resistance diameter 29.63 mm, and Formula IV (4%) resistance diameter of 31.36 mm. Based on analysis using linear regression formula IV with a concentration of 4% which has the greatest y value is 31.49.

Keywords: Test effectiveness, Liquid Soap, Papaya Leaf Extract (Carica
                   Papaya
L.), Staphylococcus aureus

BAB I
PENDAHULUAN

Kehidupan alam dengan berbagai keaneka ragaman hayatinya menyimpan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Dari dulu hingga kini, pengobatan dengan tumbuhan (Herbal Medicine) masih sering digunakan sebagai alternatif penyembuhan. Posisinya tidak mampu disingkirkan begitu saja meskipun pengobatan dengan cara moderen tumbuh pesat seiring dengan kemajuan peradaban (Gunawan, D. 1999).
Berbagai hal menunjukkan, bahwa sejak zaman purbakala umat manusia sanggup membasmi berbagai penyakit dengan obat yang ditemukannya terutama dalam dunia tumbuh-tumbuhan khususnya dalam alam raya umumnya (Sastroamidjojo, 2001).
Maraknya pemakaian kosmetika dalam berbagai bentuk sediaan yang mengandung bahan-bahan sintetis mengundang berbagai kekhawatiran bagi para pemakai akan efek sampingnya yang akhirnya menyebabkan kulit terutama bagian wajah menjadi iritasi. Pada zaman dahulu hingga saat ini, para ahli mengembangkan bahan-bahan alamiah untuk dijadikan sebagai bahan baku sabun (Wasitaatmadja,1997).
1
 
Kulit merupakan lapisan terluar pada tubuh manusia yang sensitif dan melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri (Wasitaatmadja, 1997).
Salah satu bahan alam yang dapat dijadikan sebagai bahan baku alternatif dalam formulasi sabun yaitu pepaya. Dalam penggunaan tradisional, Papaya dikenal disamping dapat membantu proses penyembuhan dari berbagai macam penyakit ternyata dapat pula dan sering digunakan untuk pemakaian luar yakni dapat menghaluskan kulit, melembabkan kulit, dan membantu menghilangkan noda hitam di kulit, daun papaya memiliki banyak kandungan kimia dan diantaranya adalaha kandungan kimia yang bersifat antibakteri yaitu golongan alkaloid, papain dan  damar (Puspito, H., 2008).
Melihat kandungan bahan aktif di dalamnya, pemanfaatan pepaya dalam sediaan sabun sudah tidak diragukan lagi, karena diperkirakan mampu menghambat bakteri dan jamur sebagai penyakit kulit. Sabun adalah salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar obat pada bagian yang terkena penyakit. Sabun adalah garam alkali karboksilat (RCOONa). Ada 2 jenis sabun yang dikenal, yaitu sabun padat (batangan) dan sabun cair (Hambali et al. 2005).
Pada penelitian ini di gunakan daun pepaya karena berdasarkan literatur dan penelitian sebelumnya bahwa diantara tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat jerawat adalah daun papaya (Carica papaya L.). Pepaya sangat dikenal oleh hampir seluruh penduduk di belahan bumi, karena semua bagian tanamannya dapat dimanfaatkan mulai dari akar, batang, daun, bunga, buah dan juga getahnya. daun papaya mengandung papain, chymopapain A, chymopapain B, protease, papain peptidase A dan damar. Keterangan yang didapat dari masyarakat dan beberapa buku obat tradisional, daun kering dari tanaman papaya dapat digunakan dalam bidang kosmetik untuk mengobati jerawat, luka bakar, ketombe, jamur dan kutil. Daun ekstrak daun papaya yang digunakan untuk kosmetik adalah 3 % (Baga, 1996; Muhidin, 2004).
Bakteri yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus aureus, bakteri ini merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus dengan ukuran kecil, diameter  0,5–1,5 mikron, tidak membentuk spora, dan biasanya sel-selnya terdapat dalam kelompok seperti buah anggur dan ada juga yang terpisah-pisah atau tunggal dan termasuk dalam famili Micrococeae, dan tumbuh baik pada medium  yang mengandung 7,5% NaCl, bakteri ini juga biasanya terdapat di atas permukaan kulit manusia, saluran kencing, mulut, hidung, jaringan kulit yang terinfeksi, radang paru-paru , selaput lendir dan tempat lainya (Djide, Sartini, 2006 ; Jawetz, 2001).
Telah dilakukan penelitian tentang aktivitas infus daun papaya (Carica papaya) terhadap pertumbuhan bakteri. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa infus daun pepaya dengan konsentrasi 40% memberikan hasil yang lebih efektif dibandingkan dengan konsentrasi 20% dan 30% (Susiladewi M, 2001)
Berdasarkan uraian  di atas, maka permasalahan yang timbul, apakah ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)  berpotensi diformulasi dalam bentuk sediaan sabun  cair dan apakah sabun tersebut efektif dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat  formula sediaan sabun  ekstrak daun pepaya dengan beberapa konsentrasi dan untuk menguji efektivitas sabun ekstrak daun pepaya terhadap pertumbuhan bakteri Sthapylococcus aureus.
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang daya hambat sabun ekstrak daun  pepaya terhadap pertumbuhan bakteri Sthapylococcus aureus dan untuk mengaplikasikan tanaman Pepaya sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Uraian Tentang Tumbuhan
1.        Klasifikasi tanaman Pepaya
Regnum                   : plantae
Devisio                    : Spermatophyta
Sub devisio                             : Angiospermae
Klassis                     : Dicotyledonae
Ordo                                        : Cistales
Familia                    : Caricacecae
Genus                      : Carica
Species                    : Carica papaya L.
2.        Nama Lain
Pepaya disebut juga gedang (Sunda), kates (Jawa), peute, betik, ralempaya, punti kayu (Sumatra), pisang malaka, bandas, manjan (Kalimantan), kalujawa (Kalimantan) serta kapalaya kaliki dan uti jawa (Sulawesi). Selain nama daerah pepaya juga mempunyai nama asing yaitu : papaw tree, papaya,   papayer, melonenbaum, fan mu gua (Tjitrosoepomo, Gembong. 2005).
3.        Ekologi dan Penyebaran
5
 
Pepaya berasal dari negara Amerika Tengah. Tanaman pepaya tumbuh di daratan rendah hingga ketinggian 1000 m dpl, tumbuh subur di tanah yang kaya bahan organik dan tidak menyukai tempat tergenang. Syarat pepaya tumbuh di daerah tropis dengan suhu udara 22 °C – 26 °C, kelembaban sedang sampai tinggi. Pepaya juga mentoleransi pH tanah sebasar 6,5 – 7 (Tjitrosoepomo, Gembong. 2005).
4.        Morfologi Tanaman
Pohon biasanya tidak bercabang, batang bulat berongga, tidak berkayu, terdapat benjolan bekas tangkai daun yang sudah rontok. Daun terkumpul di ujung batang, berbagi menjari. Buah berbentuk bulat hingga memanjang tergantung jenisnya, buah muda berwarna hijau dan buah tua kekuningan / jingga, berongga besar di tengahnya; tangkai buah pendek. Biji berwarna hitam dan diselimuti lapisan tipis.
5.        Kandungan Kimia
Daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpain, pseudo karpain, glikosida, karposid, dan saponin. Buah mengandung beta karoten, pektind-galaktosa, I-arabinosa, papain, kemopapain, lisosim, lipase, glutamine, siklotransferase.
Daun, akar, dan kulit batang Carica papaya mengandung alkaloid, saponin dan flavonoid, disamping itu daun dan akar juga mengandung polifenol dan bijinya mengandung saponin (Tjitrosoepomo, Gembong. 2005).
Polifenol dan flavonoid merupakan golongan fenol yang telah diketahui memiliki aktivitas antiseptik. Senyawa flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa flavon golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan C6 – C3 – C6 (cincin benzen tersubstitusi) disambung oleh rantai alifatik 3 karbonsenyawa ini merupakan senyawa flavonoid larut dalam air serta dapat diekskresikan menggunakan etanol 70 % (Harborne, 1987).
6.        Khasiat Tanaman
Daun pepaya berguna untuk obat panas yang memiliki khasiat menurunkan panas, obat malaria, menambah nafsu makan, meluruhkan haid dan menghilangkan sakit. Juga berguna untuk penyembuhan luka bakar. Selain itu dapat sebagai obat cacing kremi, desentri amoba, kaki gajah (elephantois), ke Pepayaan, perut mulas, kanker dan masuk angin.
Kenggunaan dari khasiat daun pepaya sebagai berikut :
1.    Sebagai Obat jerawat.
Daun pepaya dapat mengobatinya yaitu dengan membuatnya menjadi masker.
Cara membuat maskernya : ambil 2-3 lembar daun pepaya yang sudah tua.Kemudian jemur dan tumbuk sampai halus. Tambahkan satu setenagh sendok air, baru deh dapat di manfaatkan untuk muka penuh jerawatmu.
2.    Manfaat Memperlancar pencernaan
Daun dari tumbuhan pepaya memiliki kandungan kimia senyawa karpain. Zat itu dapat membunuh mikroorganisme yang sering mengganggu fungsi pencernaan.
3.    Menambah nafsu makan
Manfaat ini terutama untuk anak-anak yang sulit untuk makan. Ambil daun pepaya yang segar dan memiliki ukuran sebesar telapak tangan. Kalau sudah ketemu tambahkan sedikit garam dan air hangat setengah cangkir. Campur semua lalu diblender. Kemudian saring airnya, nah air itulah yang dapat dimanfaatkan untuk menambah nafsu makan.
4.    Demam berdarah
Daun pepaya juga dapat digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan demam berdarah. Cara menggunakannya adalah dengan mengambil 5 lembar daun. Tambahkan setengah liter air lalu direbus. Ambil air tersebut jika sudah tertinggal tiga perempatnya saja kemudian di minum 1x3 sehari.
5.    Nyeri haid
Wanita jawa zaman dulu sering memanfaatkan daun pepaya untuk mengobati nyeri haid. Cukup Ambil 1 lembar daun saja, Tambahkan asam jawa dan garam. Lalu campur dengan segelas air dan rebus. Dinginkan sebelum meminum ramuan pepaya tersebut.
6.    Anti kanker
Hal ini masih belum pasti, tapi dari beberapa penelitian bahwa manfaat daun pepaya juga dapat dikembangkan sebagai anti kanker. Sebenarnya bukan hanya daunnya saja melainkan batang pepaya juga dapat digunakan. Karena getahnya memiliki milky latex (getah putih seperti susu).
B.       Sabun (Petrucci, 1966).
1.        Pengertian sabun
Sabun adalah garam alkali dari asam lemak dan dihasilkan menurut reaksi asam basa biasa. Basa alkali yang umum digunakan untuk membuat sabun adalah Kalium Hidroksida (KOH), Natrium Hidroksida (NaOH), dan Amonium Hidroksida (NH4OH), sehingga rumus molekul sabun selalu dinyatakan sebagai RCOOK atau RCOONa atau RCOONH4. Sabun kalium ROOCK disebut juga sabun lunak dan umumnya digunakan untuk sabun mandi cair, sabun cuci pakaian dan perlengkapan rumah tangga. Sedangkan sabun natrium, RCOONa, disebut sabun keras dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci, dalam industri logam dan untuk mengatur kekerasan sabun kalium. Didalam air, sabun bersifat sedikit basa (Petrucci, 1966).
2.        Sifat-sifat sabun
a.       Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + OH
b.      Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca (CH3 (CH2) 16COO)2
c.       Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar (Petrucci, 1966)
3.        Macam - macam sabun
a.        Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah campuran minyak kelapa dengan asam stearat  dengan  perbandingan 2 :1.
b.        Sabun Cair dibuat melalui proses saponifikasi denganm menggunakan minyak jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin atau alkohol.
c.        Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfum yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptik dan bebas dari bakteri adiktif. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida, tri-klorkarbanilida, irgassan Dp 300 dan sulfur.
d.        Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu melalui pengeringan atau menggiling, atau juga dengan menghancurkan sabun yang berbentuk batangan.
e.        Sabun Bubuk untuk mecuci, dapat diproduksi melalui drymixing. Sabun bubuk mengandung bermacam-macam komponen
4.        Syarat mutu sabun mandi cair menurut SNI 06 - 4085 -1996 yaitu meliputi :
a.      Definisi
Sabun mandi cair adalah sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar sabun atau deterjen dengan penambahan bahan lain yang diijinkan dan digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit.
b.        Jenis
Jenis S : sabun mandi cair dengan bahan dasar sabun
Jenis D : sabun mandi cair dengan bahan dasar deterjen
c.        Syarat mutu
tabel 1. Syarat mutu sabun mandi cair
No.
Kriteria Uji
Satuan
Persyaratan
Jenis S
Jenis D
1.




2.
3.

4.
5.
6.
Keadaan :
-       Bentuk

-       Bau
-       Warna
pH. 250C
Alkali bebas (dihitung sebagai NaOH)
Bahan aktif
Bobot jenis
Cemaran mikroba : Angka lempeng total






%


%

Koloni/g

Cairan Homogen
Khas
Khas
8 – 11
Maks. 0,1

Min. 15
1,01 – 1,10

Maks. 1x105

Cairan Homogen
Khas
Khas
6 – 8
Tidak dipersyaratkan



Maks. 1x105
Sumber : SNI 06 - 4085 -1996
C.      Bakteri.
1.    Klasifikasi bakteri
Domain           : Bacteria
Kerajaan          : Eubacteria
Filum               : Firmicutes
Kelas               : Bacilli
Ordao              : Bacillales
Family             : Staphylococcaceae
Genus              : Staphylococcus
spesies             : Staphylococcus aureus (Rosenbach, 1884)


2.    Sifat dan Morfologi bakteri
Sifat bakteri ini berbentuk coccus, gram positif, formasi staphylae, mengeluarkan endotoksin, tidak bergerak, tidak mampu membentuk spora, fakultatif anaerob, sangat tahan terhadap pengeringan, mati pada suhu 60o C setelah 60 menit, merupakan flora normal pada kulit dan saluran pernafasan bagian atas, pada pemeriksaan padat koloninya berwarna kuning emas. Di alam terdapat pada tanah, air dan debu di udara. 
Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit seperti infeksi  pada folikel rambut dan kelenjar keringat, bisul, dan infeksi pada luka. Sedangkan di rumah sakit sering menimbulkan nosocomial infection pada bayi, pasien luka bakar atau pasien bedah yang sebagian besar disebabkan kontaminasi oleh personil rumah sakit (medis dan paramedis) (Djide, 2003, Entjang, 2003 ).
3.    Uji Mikrobiologi (Baeda Madjid, 2003)
Dikenal beberapa pengujian secara biologis, terhadap daya mikroba dari bahan-bahan kemoterapeutik seperti antibakteri,antiseptik dan desinfektan. Umumnya pengujian mikrobiologis dilakukan terhadap kebanyakan antimikroba. Terhadap cara pengujian ini dapat dipakai untuk bahan-bahan lain yang mempunyai kemampuan menghambat dan membunuh mikroorganisme. Cara pengujian efektifitas antimikroba dalam hal ini adalah metode difusi.
Pada metode ini kemampuan antibakteri atau mikroba ditentukan berdasarkan luasnya daerah penghambat yang tertentu. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara:
a.        Cara difusi dengan plat selinder
Cara ini berdasarkan atas perbandingan antara daerah hambatan yang dibentuk oleh larutan contoh terhadap pertumbuhan dari mikroba dengan daerah hambatan yang terjadi oleh larutan contoh dimasukkan kedalamnya.
b.        Cara difusi dengan plat mangkuk
Prinsip ini cara kerjanya sama dengan plat silinder. Perbedaanya adalah pada cara ini mengunakan alat berupa cup platte yaitu lubang atau semacam mangkuk yang diletakkan diatas medium.
c.        Cara difusi dengan kertas saring
Perbedaan dari kedua cara diatas menggunkan kertas saring yang dibuat dengan bentuk dan ukuran tertentu, Biasanya berbentuk bulat dengan diameter 7-10 mm. Cara ini cepat dan prektis serta alat yang digunakan sederhana. Pengamatan setelah masa inkubasi dengan melihat daerah hambatan yang terjadi.
d.        Cara difusi Kirby-bauer
Cara ini menggunkan kertas saring dan cawan Petri yang digunakan berukuran 150 x 15 mm sehingga langsung dapat diuji dengan konsentrasi larutan contoh.
e.        Cara difusi agar berlapis
Cara ini merupakan  suatu modifikasi cara Kirby-bauer. Perbedaannya pada cara ini menggunakan dua lapisan agar, lapisan dasar (Base layer) dan lapisan atas (seed layer) mengandung mikroba.
D.      Ekstrak ( Depkes RI, 1986)
1.        Pengertian ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai, diluar pengaruh cahaya matahari langsung.
Ekstraksi (penyarian) adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengeluarkan atau menarik zat aktif yang terdapat di dalam sel bahan alam dengan menggunakan metode ekstraksi dan pelarut pengekstraksi yang sesuai. Bahan alam dapat berupa tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan biota laut adalah merupakan sumber bahan baku obat khususnya obat tradisional. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi  zat yang terlarut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Secara umum metode ekstraksi dapat dibedakan menjadi infudasi, maserasi, perkolasi, soxlethasi, refluks dan destilasi uap air. Ekstraksi bertujuan untuk menarik komponen-komponen kimia yang terdapat dalam bahan alam. Pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan pelarut organik diluar sel. Proses ini berulang terus sampai terjadi keadaan seimbang antara konsentrasi cairan zat aktif didalam dan diluar sel.
2.        Jenis – jenis ekstraksi ( Depkes RI, 1986)
a.        Ekstraksi secara Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yaitu dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut karena adanya perubahan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dengan di luar sel, maka larutan terpekat didesak ke luar. Peristiwa ini berulang sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Simplisia yang akan diekstraksi diserbukkan lalu dimasukkan kedalam bejana maserasi.
Simplisia tersebut direndam dengan cairan penyari, setelah dalam waktu tertentu sekali-kali diaduk. Hal ini dilakukan selama 5 hari.
b.        Ekstraksi secara Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang dibasahi. Pada metode ini simplisia yang akan diekstraksi ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai keadaan jenuh. Gerakan kebawah disebabkan oleh kekuatan beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cendrung untuk menahannya.
c.        Ekstraksi secara Soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah penyarian berkesinambungan secara dingin. Alat soxhletasi dibuat dari bahan gelas yang terbagi atas tiga bagian : bagian tengah untuk menampung serbuk simplisia yang akan diekstraksi yang dilengkapi dengan pipa pada bagian kiri dan kanan, satu untuk jalannya uap air dan yang lain untuk jalannya larutan yang berkondensasi uap menjadi cairan, agar cairan penyari yang dipakai tidak terlalu banyak . sedangkan bagian bawah terdapat labu alas bulat yang berisi cairan penyari dan ekstrak.
d.        Ekstraksi secara Refluks
Cara ini termasuk cara ekstraksi yang berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, kemudian dipanasi sampai mendidih, cairan penyari akan menguap kemudian terkondensasi oleh pendingin tegak dan akan turun kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut, hingga tersari dengan sempurna.
e.        Ekstraksi secara Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat aktif yang larut dalam air dari bahan nabati, yang dilakukan dengan cara membasahi dengan air, biasanya dua kali bobot bahan, kemudian ditambah dengan air secukupnya dan dipanaskan dalam tangas air selama 15 menit suhu 90-980 C sambil sesekali diaduk. Infuse diserkai selagi masih panas melalui kain flanel. Untuk mencukupi kekurangan air, ditambahkan air melalui ampasnya. Umumnya 100 bagian sari diperlukan 10 bagian bahan.
f.         Ekstraksi secara Destilasi uap air
Ekstraksi destilasi uap air dipertimbangkan menyari serbuk simplisia yang mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan normal. Pada pemanasan biasanya kemungkinan akan terjadi kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut maka penyarian dilakukan dengan destilasi uap air.
E.       Bahan
1.        Aquadest (Departemen Kesehatan RI,1979)
      Nama Resmi                            :  AQUA DESTILLATA
Nama Lain                               :  Air suling
      BM                                          : 18,02
      RM                                          :  H2O
  Pemerian                                 : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
K/P                                          :  Sebagai pelarut/ zat tambahan
2.       Gliserin (Depkes, 1979)
         Nama resmi                                  :   GLYSEROLUM
          Nama lain                                      :   Gliserol, gliserin
           Pemerian                                        :   Cairan seperti sirop, jernih tidak berwarna, rasa manis, berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopis, netral terhadap lakmus.
                 Kelarutan                                 :   Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap
          Penyimpanan                                 :   Dalam wadah tertutup rapat
          Kegunaan                                      :   Humectant, emollient
          Range                                           :    Tidak lebih dari 30% (Rowe, 2009)
3.       Carbopol (Rowe, 2009)
  Nama Resmi                             :   CARBOMER
             Nama Lain                               :   Acrypol, Acritamer, Carbopol, Carboxy polymethylene, Polyacrylic acid, Pemulen, Acrylic
          Pemerian                                 :   Putih, serbuk halus, bersifat asam, higroskopik, dengan sedikit karakteristik bau.
     Kelarutan                                 :   Larut di dalam air, di dalam etanol (95%) dan gliserin, dapat terdispersi di dalam air untuk membentuk larutan koloidal bersifat asam.
 Penyimpanan                            :   Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan                                :   Bahan pengental yang baik, viskositasnya    tinggi, menghasilkan gel yang bening.
         Range                                     :    0,5 % - 2,0 %


4.        TEA (Depkes, 1995)
                Nama resmi                             :   TRIAETHANOLAMINUM
                Nama lain                                :   Trietanolamina
  Pemerian                                 :   Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopik.
Kelarutan                                 :   Mudah larut dalam air dan etanol (95%) P, larut dalam kloroform P
Penyimpanan                           :   Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                                :   Zat tambahan dan membantu stabilitas gel
5.       Methylparaben (Depkes, 1979)
Nama resmi                             :   METHYLIS PARABENUM
Nama lain                                :   Metil paraben, Nipagin M.
Pemerian                                 :   Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan                                 :   Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih
Penyimpanan                           :    Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                                :    Zat pengawet
Range                                      :    0,02% - 0,3% (Rowe, 2009)
6.       Natrium Lauril Sulfat (Setia J. 2007)
Rumus molekul                       :   CH3(CH2)10CH2OSO3Na
Pemerian                                 :   Natrium laurel sulfat terdiri dari Kristal putihn atau putih kekuningan, serpihan atau serbuk yanghalus, sebuah zat lemak yang bersabun, terasa pahit, dan berwarna redup.
Kelarutan                                 :   Larut bebas dalam air, membentuk larutan berpendapar, praktis tidak larut dalam klororm dan eter
Khasiat                                    :   Sebagai detergen
7.       Propilenglikol (Depkes, 1979)
Nama resmi                             : PROPYLENGLYCOLUM
Nama lain                                : Propilenglikol
Pemerian                                 : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopik
Kelarutan                                 :   Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P.
Penyimpanan                           :   Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                                :   Zat tambahan, pelarut, humectan
Range                                      :   15% (Rowe, 2009).
8.        Kalium Hidroksida (Departemen Kesehatan RI,1979)
Natrium hidroksida berperan sebagai reaktan pada reaksi penyabunan dengan asam lemak. ( Perry, 1997)
Nama Resmi                            :  KALII HYDROXIDUM
Nama Lain                               :  Kalium Hidroksida
RM                                          :  KOH
Pemerian                                 :  Massa berbentuk batang, pellet atau
                                                   bongkahan, putih sangat mudah meleleh.
Kelarutan                                 :  Sangat mudah larut, larut  dalam 1 bagian air, 3 bagian etanol (95%).
Penyimpanan                           :  Dalam wadah tertutup baik
                K/P                                          :  Zat tambahan
9.        Minyak kelapa (Departemen Kesehatan RI,1979)
Nama resmi                             : OLEUM COCOS
Nama lain                                :   Minyak kelapa
Pemerian                                 :   cairan jernih tidak berwarna, atau kuning pucat, bau khas, tidak tengik.
Kelarutan                                 :   larut dalam 2 bagian etanol (95%) P, pada suhu 600 , sangat mudah larut dalam klorofrm P dan eter P.
K/P                                          : zat tambahan
BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Jenis Penelitian
 Jenis penelitian ini dilakukan secara eksperimental di laboratorium, dengan desain penelitian yaitu sampel daun pepaya yang dibuat ekstrak  kemudian diformulasi dalam bentuk sediaan sabun cair. formula sabun cair yang dibuat masing-masing terdiri 4 formula dengan  kontrol negatif 1 yaitu formula tanpa kandungan zat aktif, dan 3 formula lainnya mengandung zat aktif masing-masing dengan konsentrasi 2%, 3% dan 4%
B.       Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Fitokimia Farmasi, Laboratorium Teknologi Farmasi dan Mikrobiologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur Makassar pada bulan Juni 2013.
C.      Alat dan Bahan
1.        Alat  yang digunakan
a.     Autoklaf 
b.     Batang Pengaduk
c.     Cawan Petri
d.     Cawan Porselin
e.     Erlenmeyer 100 mL, 1000 ml
f.     
24
 
Gelas Ukur 50 mL, 100 ml
g.     Gelas Kimia
h.     Jarum Ose
i.      Juiser
j.      Lampu Spiritus
k.     Oven
l.      Penangas
m.    Pinset
n.     Pipet Tetes
2.      Bahan penelitian
a.        Air Suling
b.        Bakteri Staphylococcus aureus
c.        Carbopol
d.        Ekstrak daun papaya
e.        Gliserin
f.         Kalium Hidroksida
g.        Larutan NaCl 0,9%
h.        Media MHA (Medium Hilton Agar)
i.         Metylparaben
j.         Natrium Lauril sulfa
k.        Oleum cocos
l.         Oleum rosae
m.      Propylenglikol
n.        Trietanolamina
D.      Prosedur Penelitian
1.        Pengambilan dan pengolahan sampel
a.        Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan adalah daun pepaya yang diperoleh dari kota makassar.
b.Pengelolahan sampel
Sampel penelitian berupa daun pepaya yang diambil, dicuci bersih kemudian diangin-anginkan lalu dirajang atau dipotong-potong kecil.
2.        Pembuatan Ekstrak daun pepaya
Daun papaya yang telah dipotong kecil-kecil sesuai dengan derajat halusnya (4/18) kemudian di keringkan dengan cara di angin-anginkan, terhindar dari sinar matahari langsung. Setelah sampel dikeringkan selanjutnya ditimbang sebanyak 500 gram, kemudian dimasukkan kedalam bejana maserasi, kemudian dimasukkan cairan penyari etanol 70%, hingga simplisia tersebut terendam seluruhnya dengan cairan penyari, toples ditutup. Kemudian disimpan selama 5 (lima) hari ditempat yang terlindung dari cahaya, sambil diaduk berulang kali. Setelah itu diserkai dengan kain flannel, dan dimasukkan kedalam botol (diulang 3x dengan perlakuan yang sama), lalu disimpan ditempat terlindung dari cahaya. Ekstrak cair yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan Rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental, selanjutnya dilakukan uji kualitatif terhadap kadar zat aktif.
3.        Rancangan Formula
Bahan
Formula (%)
 I
II
III
IV
Ekstrak Daun Pepaya
-
2
3
4
Carbopol
0.3
0.3
0.3
0.3
Oleum cocos
5
5
5
5
TEA
1
1
1
1
Natrium Lauril sulfat
1.5
1.5
1.5
1.5
KOH
3
3
3
3
Gliserin
10
10
10
10
Propilenglycol
10
10
10
10
Metil paraben
0,15
0.15
0.15
0.15
Propil Paraben
0,02
0,02
0,02
0,02
Oleum Rosae
q.s
q.s
q.s
q.s
Aquadest
ad 100
ad 100
ad 100
ad 100

                    Keterangan :
FI  = Formula Kontrol Negatif
FII = Formula sabun konsentrasi
FIII                = Formula sabun konsentrasi
FIV               = Formula sabun konsentrasi
4.     Cara Kerja Pembuatan sabun
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Ditimbang semua bahan yang digunakan
c. Metil paraben dilarutkan dalam air panas kemudian didinginkan. Carbopol ditaburkan diatas larutan metil paraben kemudian didiamkan selama 1x 24 jam, setelah 1x 24 jam dihomogenkan didalam lumpang
d. Larutkan propil paraben, oleum cocos (sebagai zat tambahan) kemudian tambahkan kedalam campuran diatas.
e. Tambahkan gliserin, propilenglycol, TEA kedalam campuran tersebut gerus sampai homogen
f.           Larutkan KOH dan natrium lauiril sulfat didalam erlemeyer lalu masukan kedalam lumpang kemudian tambahkan oleum rosae aduk sampai homogen dan di angin-anginkan sampai terbentuk sabun cair (formula 1).
g.          Dibuat formula sabun cair ekstrak  daun pepaya seperti pada formula 1 dengan penambahan ekstrak daun pepaya sesuai dengan konsentrasi 2%, 3% dan 4%.
5.        Pengujian efektifitas sediaan sabun
a.        Sterilisasi alat
Alat-alat yang digunakan dicuci dengan deterjen dan dibilas dengan air. Untuk peralatan gelas disterilkan dalam oven pada suhu 1800 C selam 2 jam, sedangkan peralatan yang dapat rusak oleh panas dan bahan-bahan yang akan digunakan disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 1210 C dengan tekanan 2 atm selama 15 menit. Jarum ose disterilkan dengan cara dipijarkan menggunakan api langsung.
b.        Pembuatan medium
1.        Medium Nutrien Agar (NA)
Bahan ditimbang sebanyak 7 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml lalu dilarutkan ke dalam air suling agar larut sempurna. Dipanaskan di atas waterbath, di atur pada pH 7,0 dan dicukupkan volumenya dengan air suling hingga 250 ml disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit.
2.        Medium Muller Hilton Agar (MHA)
Bahan ditimbang sebanyak 7 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml lalu dilarutkan ke dalam air suling agar larut sempurna. Lalu diukur pH-nya hingga 7,2 kemudian disterilkan didalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
c.        Penyiapan bakteri uji
1.        Peremajaan bakteri uji
Bakteri uji yang digunakan adalah Staphylococcus aureus. Dari stok murni diambil 1 ose dan diinokulasi dengan cara digoreskan secara steril kedalam medium NA miring, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 1- 2 kali 24 jam.
2.        Pembuatan suspensi bakteri
Bakteri uji hasil peremajaan yang telah diinkubasi dibuat suspensi bakteri dengan larutan NaCL 0,9%.
d.        Pengujian sabun
1.        Disiapkan medium Muller Hilton Agar dan dituang secara aseptik kedalam cawan petri steril sebanyak 10 ml kemudian ditambahkan 0,2 ml biakan suspensi bakteri dicampur dengan baik supaya bakteri terdistribusi secara merata.
2.        Kemudian paper disck dicelupkan kedalam masing-masing larutan sampel uji sediaan sabun formula 2%, 3%, 4%, dan kontrol negatif. Paperdisc yang telah dicelupkan kedalam masing masing sampel uji diletakkan pada permukaan media yang telah memadat  secara aseptis dengan menggunakan pinset steril,  dengan jarak 2-3 cm dari pinggir cawan petri, diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam.

E.       Pengamatan dan pengukuran zona hambatan

                   Pengamatan dan pengukuran diameter hambatan dilakukan setelah masa inkubasi 24 jam. Zona hambatan yang terbentuk diukur dengan menggunakan jangka sorong.

F.         Pengolahan data

Data yang diperoleh dari pengukuran diameter hambatan ditabulasi kemudian dirata-ratakan lalu dianalisis menggunakan regresi linear.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.        Hasil penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh untuk uji efektivitas sabun cair dari ekstrak  Daun Pepaya (Carica papaya  L) terhadap  Staphylococcus  aureus adalah sebagai berikut :
Hasil pengukuran diameter hambatan terhadap Staphylococcus      aureus diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 3.                Hasil pengukuran uji efektivitas sabun cair dari ekstrak daun pepaya (carica papaya L.)  terhadap  Staphylococcus      aureus dalam berbagai konsentrasi.

Bakteri uji
Diameter Zona Hambatan (mm)
Kontrol
2 %
3%
4 %
Staphylococcus aureus
0
0
0
28,8
26,5
26,0
32,8
28,5
27,6
33,6
29,8
30,7
Rata-rata
0
27,1
29,63
31,36

31
 
 


B.    Pembahasan

Penelitian ini menggunakan ekstrak daun  Pepaya (Carica papaya). Tanaman  Pepaya dibuat ekstrak dengan metode maserasi. Pemilihan metode ini karena tekstur dari simplisia lunak sehingga diperlukan metode ekstraksi secara dingin dan sederhana.
Pembuatan sediaan  sabun cair dari ekstrak daun  Pepaya dengan beberapa konsentrasi yaitu 2%, 3%, dan 4%  dimana komposisi zat aktif sediaan  sabun cair ekstrak daun  Pepaya dan untuk formula kontrol dibuat tanpa mengguanakan zat aktif ekstrak daun  Pepaya.
Formula sediaan  sabun cair ekstrak daun  Pepaya dievaluasi dengan pengujian aktivitas antimikroba dimana bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bakteri Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri patogen pada manusia.
Pengujian daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar berlapis. Sebelum dilakukan pngujian daya hambat terlebih dahulu bakteri diinokulasi pada Medium Nutrien Agar (NA) miring dalam tabung reaksi untuk meremajakan kultur bakteri murni agar prtumbuhan dalam media uji optimal. Bakteri yang diremajakan disuspensikan ke dalam NaCl 0,9% b/v steril. Hal ini bertujuan  untuk  menjaga kondisi  fisiologis bakteri uji.
Dari hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan medium Muller Hilton Agar (MHA) dan memakai tehnik penanaman paperdisc pada cawan petrik yang berisi dengan medium dan biakan bakteri, bahwa ekstrak daun Pepaya menghasilkan rata-rata zona hambatan terbesar (optimal) terhadap Staphylococcus aureus, diameter zona hambatan terbesar setelah masa inkubasi 1x24 jam ditunjukkan oleh ekstrak dengan konsentrasi 4% yaitu sebesar 31,36 mm, selanjutnya diikuti oleh ekstrak dengan konsentrasi 3% dengan diameter 29,63 mm dan ekstrak dengan konsentrasi 2% dengan diameter 27.1 mm dan untuk formula kontrol 0 mm.
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa ekstrak daun  Pepaya dengan konsentrasi 2%, 3%, dan 4% efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Lebih besarnya diameter zona hambatan pada konsentrasi 4% dapat disebabkan perbedaan kandungan senyawa yang terikat pada setiap konsentrasi ekstrak dimana semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan maka semakin besar pula senyawa antimikroba yang dikandung oleh ekstrak tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Barnet (1992) yang menyatakan bahwa perbedaan besarnya daerah hambatan untuk masing-masing konsentrasi dapat disebabkan karena perbedaan besarnya kandungan zat aktif.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.        Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.    Ekstrak daun  Pepaya dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan  sabun cair.
2.     Sabun cair ekstrak daun  Pepaya dengan konsentrasi 2%, 3%, dan 4% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
B.         Saran
Untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji efektivitas sediaan  sabun cair ekstrak daun  Pepaya dengan pengujian terhadap bakteri uji yang lain.




DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2009.  pepaya.sumber.serat.pangan . diakses 15 april 2013

Baeda Madjid, 2003, Mikologi Medik. Hassanuddin University Press. Makassar

Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2003, Peraturan Perundang-Undangan Dibidang Kosmetik. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen. Jakarta

Depertemen Kesehatan R.I., 1979, Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta

Depertemen Kesehatan R.I., 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta
Departemen kesehatan R.I., 1986, Sediaan galenika, departemen kesehatan RI, Jakarta
Djuanda, A, 2007, Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Entjang ,2003, Mikrobiologi dan parasitologi, Universitas Indonesia, Bandung.
Gunawan, D., 1999. Ramuan Tradisional untuk Keharmonisan SuamiIstri.Seri Agrisehat. Jakarta

Hambali, E., A. Suryani, dan M. Rifai, 2005, Membuat Sabun Tranparan untuk Gift dan Kecantikan. Penebar Swadaya, Jakarta

Kamaruddin, M. Dan Salim.2003. Pengaruh Pemberian Air Perasan Daun Pepaya Pada Ayam. Respon Patofisiologik Hepar. J.Sain

Keithler, W. M.R.,1986,”The Formulation of Cosmetics and cosmetics Specialitias. Drugs and cosmetic industry, New York

Mitsui, T., 1997,  New Cosmetics Science. Tokyo : Shiseido Co., Ltd.

Parrot E.L., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutical, Burgess Publishing Company Minneapois.

Puspito, H., 2008, Bagaimana Caranya Membuat Sabun. http:// javanaturalsoap.wordpress.com(18April 2013)

Petrucci, R.H., 1966, General chimetry (Edisi ketiga), Mac Millan, Publishing Co, INC, New York

Perry, R.H., Green, D,.1997. Chemical Engineering HandBook. McGraw-Hill Book Company. New York.

Reklaitis,G.V., 1942, Introduction to Material and Energy Balance, McGraw-Hill Book Company, New York.

Setyawan, B.A. 2007. Serat Makanan dan Kesehatan. Majalah Kesehatan. Jakarta.

Susiladewi M, 2001. “Pengaruh Konsentrasi Infus Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Pertumbuhan Bakteri penyebab Iritasi Kulit”, Sekolah Tinggi Farmasi Riau.

Spitz, L., 1996, Soap and Detergents, A Theoretical and Practical Review. Illinois : AOCS Press

Shrivastava, S. B., 1982, Soap, Detergent, and Parfume Industry. New Delhi : Small Industry Research Institute

SNI 06-3532., 1994, Sabun Mandi. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional

Suryani, A. , I. Sailah dan E. Hambali., 2002, Teknologi Emulsi. Bogor : Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB

Sundari, D dan M. W. Winarno. 2001. Informasi Tumbuhan Obat sebagai Anti Jamur. Pusat Penelitian dan Pengembangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,Departemen Kesehatan Rl, Jakarta

Wasitaatmadja, S.M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI-Press, Jakarta.

Williams, D. F.dan Schimtt. W. H., 1992, Chemistry and Technology of the Cosmetics and Toiletries Industry. Second Edition. USA : Chesebrough Ponds, Inc


 Gambar 1. Skema Kerja uji efektivitas sabun cair dari ekstrak daun                      pepaya (carica papaya L.)  terhadap  Staphylococcus aureus.



Lampiran 1. Hasil perhitungan persamaan Regresi Linier uji efektivitas                       sabun cair dari ekstrak daun pepaya (carica papaya L.)              terhadap  Staphylococcus aureus.

.Perhitungan regresi
Formula
X
Y
X2
Y2
XY
Kontrol
1
2
3
0
2
3
4
0
27,1
29,63
31,36
0
4
9
16
0
734,41
877,93
998,56
0
54,2
88,89
125,44
Jumlah
9
88.09
29
2610,9
268,53

Persamaan Garis Regresi y = a + bx
Dimana :              Y = Diameter zona hambatan rata-rata (mm)
                            X = Konsentrasi (%)
a = Intersep (Konstanta / Potongan pada sumbu vertikal (x)  
       oleh garis regresi)
b =Slope / Kemiringan ( hubungan antara sumbu x dan sumbu
      y)
n = Jumlah data
Berdasarkan rumus maka :
 Lampiran 2.  Hasil pengukuran diameter hambatan uji efektivitas sabun cair dari ekstrak daun pepaya (carica papaya L.) terhadap    Staphylococcus aureus.

Hasil Garis Regresi Linier
Formula
Sumbu x
(Konsentrasi Sediaan (%) b/v
Sumbu y
(Diameter Zona Hambatan)
Kontrol
1
2
3
0
2
3
4
0
27,57
29,36
31,49
Berdasarkan rumus :  y = a + b x
                                                   y =  22,97 +  2,13x
Untuk formula kontrol, maka Y = 0
Untuk formula 1 (2%) maka Y               = a + bx
                                                                           = 22,97 +  2,13 (2)
                                                                                = 22,97  + 4,6
                                                                                = 27,57
Untuk formula 2 (3%) maka Y               = a +bx
                                                                                = 22,97 +  2,13 (3)
                                                                                = 22,97  + 6,39
                                                                                = 29,36
Untuk formula 3 (4%) maka Y               = a + bx
                                                                                = 22,97 +  2,13 (4)
                                                                                = 22,97 + 8,52
                                                                                = 31,49
Gambar 2. : Histogram Diameter Hambatan uji efektivitas sabun cair dari ekstrak daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap  Staphylococcus aureus.


Keterangan :                1      = Formula kontrol negatif
                                    2      = Konsentrasi 2%
                                    3      = Konsentrasi 3%
                                    4      = Konsentrasi 4%







Gambar 3.   Kurva  Diameter uji efektivitas sabun cair dari ekstrak daun
                    Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Staphylococcus
                    aureus.

Keterangan :                1      = Formula kontrol
                                    2      = Konsentrasi 2%
                                    3      = Konsentrasi 3%
                                    4      = Konsentrasi 4%


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar