ABSTRAK
HAERIYAH NOVI ANTI “Uji
Efektivitas Pengawet Pada Sediaan Krim Terstandarisasi Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Penyebab Infeksi Kulit”, (dibimbing oleh Jumain, Hj.
asmawati,
dan Ajeng Kurniati R).
Telah dilakukan penelitian mengenai Uji
Efektivitas Pengawet Pada Sediaan Krim Terstandarisasi Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Penyebab Infeksi Kulit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk
menentukan
kosentrasi yang tepat pengawet sediaan krim yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Sediaan krim dibuat
konsentrasi
masing-masing 1%, 1,5% dan
2,5%,
dan kontrol negative sediaan krim. Pengujian aktivitas bakteri yang
dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar berlapis untuk menentukan
diameter hambatan terhadap bakteri penyebab infeksi kulit
dengan
menggunakan piperdisk pada medium Natrium Agar (NA). Setelah inkubasi 1
x
24 jam didapatkan zona hambatan yang paling kecil adalah sediaan
krim A pada
konsentrasi
1% rata-rata diameter hambatannya 5,59 mm, dan
sampel yang memilki diameter zona hambatan paling tinggi adalah pada sediaan
krim B konsentrasi 2,5% rata-rata diameter zona hambatannya 12,22 mm. sedangkan
untuk kontrol negative tidak terdapat zona hambatan. Berdasarkan hasil
penelitian sediaan krim yang beredar di Kota Makassar memiliki
kandungan pengawet yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri penyebab infeksi kulit.
Kata
kunci : Uji efektivitas, Pengawet, bakteri penyebab infeksi
kulit
ABSTRACT
NOVI
HAERIYAH ANTI "Preservative Effectiveness Test In Preparation
Against Standardized Cream Cause Skin Infections Bacterial Growth",
(guided by Jumain, Hj. Asmawati, and Maya Kurniati R).
Has done research on
Preservative Effectiveness Test In Cream Standardized preparations on growth of
bacteria causes skin infections. The purpose of this study was to determine the
concentration of the right to a preservative preparation creams that can
inhibit the growth of bacteria.
Cream preparation made
each concentration of 1%, 1.5% and 2.5%, and a negative control cream
preparation. Bacterial activity assays performed using the agar diffusion
method for determining the diameter layered barrier against bacteria that cause
infections of the skin using the medium piperdisk Sodium Agar (NA). After
incubation of 1 x 24 hours obtained the smallest inhibition zone is a cream
preparation at a concentration of 1% on average obstacle diameter 5.59 mm, and
the samples have the highest inhibition zone diameter is the cream preparation
B concentration of 2.5% average The average diameter of 12.22 mm resistance
zone. whereas for negative controls contained no inhibition zone. Based on the
research results of outstanding cream preparation in Makassar contains
preservatives that can inhibit the growth of bacteria that cause skin
infections.
Keywords:
Test effectiveness, preservatives, bacteria that cause skin infections
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam
kehidupan sehari-hari terdapat banyak sediaan farmasi bahkan bahan-bahan bakunya yang sering kita komsumsi. Dan tanpa
kita sadari banyak mikroorganisme yang ada dilingkungan disekitar kita yang
dapat menguraikan baha makanan, minuman
dan sediaan farmasi lainnya seperti obat tradisional lainnya dan kosmetika
sehingga dapat menyebabkan penyakit bagi yang mengkomsumsinya.
Sering
kita beranggapan bahwa makanan,
kosmetik dan obat tradisional yang ada disekitar kita bahwa bahan tersebut
bebas dari miroba padahal anggapan itu belum tentu benar tanpa dilakukan
pengujian mikroba (Djide N, 2008).
Salah satuh cara untuk mempertahankan stabilitas suatu
bahan atau produk yaitu dengan penmabahan bahan pengawet. Pengawetan pada dasarnya adalah tindakan untuk memperkecil atau
menghilangkan faktor-faktor penyebab
kerusakan yang terjadi pada bahan dan produk. Pengawetan dapat dilakukan untuk
menghambat terjadinya kerusakan sehingga memperpanjang umur simpan bahan maupun produk. Beberapa metode pengawetan dapat
memperpanjang umur simpan produk hingga beberapa bulan bahkan tahun. Namun dengan
pengawetan dapat terjadi perubahan nilai gizi dan organoleptik suatu bahan atau
produk (Sefran, 2012).
Banyak metode pengawetan yang dapat dilakukan antara lain, yaitu dengan
mengontrol kontaminasi mikroba dan pertumbuhannya, menurunkan laju reaksi
enzimatik, menurunkan laju reaksi kimia, melindungi dari serangan tikus ataupun
serangga, serta melindungi dari pengaruh lingkungan seperti kelembapan (Rh),
oksigen, dan sinar UV.
Untuk melakukan metode-metode tersebut, ada beberapa teknik yang bisa
ditempuh antara lain melalui pengolahan suhu tinggi, penyimpanan suhu rendah,
pengurangan kadar air, irradiasi, fermentasi,
pengasapan dan curing, penggunaan bahan pengawet kimia dan pengemasan yang
melindungi. Pengawetan umumnya tidak selalu merubah bentuk bahan pangan, karena pengawetan bahan pangan
ada yang mampu mempertahankan kondisi bahan relative tetap, misalnya dengan
disimpan dalam suhu rendah, atau melalui irradiasi. Beberapa metode pengawetan
yang banyak diaplikasikan di industri
antara lain pengawetan dengan penyimpanan pada suhu rendah, pengawetan
dengan bahan pengawet kimia, penggunaan suhu tinggi, penurunan aktivitas air, dan
penggunaan kemasan yang baik (Sefran, 2012).
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka krim berpotensi memiliki bahan
pengawet yang juga berfungsi sebagai anti mikroba.
Adapun masalah yang timbul yaitu apakah sediaan krim
yang mengandung bahan pengawet dapat menghambat pertumbuhan bakteri
infeksi kulit.
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menentukan kosentrasi yang tepat pengawet
sediaan krim yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Manfaat penelitian ini
adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang adanya bahan pengawet
yang terdapat dalam sediaan krim yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
penyebab inveksi kulit dan sebagai bahan pertimbangan bagi industri kosmetik
agar dalam penggunaan pengawet pada sediaan kosmetik lebih di pertimbangkan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Uraian Tentang Pengawet (Subagja. R. 2012)
Bahan pengawet adalah bahan
tambahan yang sering digunakan pada obat, makanan, kosmetika dan bahan alam.
dengan tujuan untuk memperpanjang masanya tetapi tidak untuk tujuan menutupi
keburukan sediaan tersebut (BPOM RI 2008).
Bahan pengawet yang dipakai dapat
berupa bahan alam atau bahan sintesis/kimia. beberapa contoh bahan pengawet
alam adalah kunyit, jahe, laja. sedangkan bahan pengawet sintesis yaitu : senyawa
benzoat, sorbat, nipagin, dan masih banyak yang lain.
Pemilihan bahan sebagai pengawet
sangat tergantung dari sifat fisika dan kimia sediaan yang akan di awetkan dan
tujuan penggunaan pengawet tersebut, sehingga jenis dan jumlah yang digunakan
dapat bervariasi. misalnya penggunaan benzoat untuk minuman ringan, yang
diijinkan adalah tidak boleh lebih dari 500 mg/kg. semua ini diatur oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, melalui PerMenKes RI.
No.722/MenKes/Per/88 yang telah direvisi pada tahun 2001. Diharapkan melalui
cara ini penggunaan bahan pengawet pada semua sediaan dapat diawasi dengan
ketat.
Untuk dapat mengefektifkan
penggunaannya, Farmakope Indonesia Edisi IV telah memuat metode uji
mikrobiologinya. cara ini diharapkan dapat membantu menentukan jenis dan jumlah
bahan pengawet yang tepat untuk di gunakan pada sediaan uji (Subagja. R. 2012).
B.
Uraian Tentang Krim (Lachman,1994 dan Strober BE,
Washenik K, Shupack JL. 2008)
1.
Definisi
Krim.
Krim adalah bentuk
sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah
digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair
diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.
Krim terdiri dari
emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol
berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan dapat ditujukan
untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk
pemberian obat melalui vaginal.
2.
Tipe-tipe Emulsi.
Ada 2 tipe krim yakni tipe (M/A) dan tipe (A/M).
Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polyvalen, span, adeps lanae,
koleterol dan cera. Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabun monovalen
seperti trietanolagmin, Nutrien stearat, kalium stearat dan amonium stearat.
Selain itu juga dapat dipakai tween , Nutrien laurylsulfat, kuning telur,
gelatinum, caseinum, CMC, dan emulgidum.
Kestabilan krim akan terganggu / rusak jika sistem
campurannya terganggu, terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan
komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan atau zat
pengemulsinya tidak tercampur satu sama lain.
Pembuatan krim adalah dengan melebur bagian berlemak
diatas penangas air, kemudian tambahkan air dan zat pengemulsi dalam keadaan
sama-sama panas, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim (Sharma S. 2008).
C.
Uraian
tentang Kulit
Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan
membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2
dengan berat kira-kira 15% berat
badan. Kulit merupakan organesensial dan
vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Djuanda, 1999).
Bila suatu sistem obat digunakan secara topikal, maka
obat akan keluar dari pembawanya dan berdisfusi kepermukaan jaringan kulit. Ada
tiga jalan masuk yang utama: melalui daerah kantung rambut, melalui kelenjar
keringat, atau melalui stratum korneum yang terletak diantara kelenjar keringat
dan kantung rambut. Hanya ada beberapa fakta yang kurang meyakinkan bahwa
kelenjar endokrin mempunyai peranan yang berarti pada permeabilitas kulit. Bahan-bahan dapat memasuki pembuluh-pembuluh
dan bahkan kelenjar-kelenjar, tetapi tampaknya tidak ada penetrasi dari daerah
ini (Lachman, 1994).
Gambar 1 . Jalur penetrasi sediaan topical (Cross S, Robert
M. 2008).
Untuk zat-zat yang diabsorbsi secara transpidermis,
penetrasi berlangsung agak cepat, meskipun masih lebih lambat dari pada
absorbsi oleh saluran cerna dan hampir selalu disertai oleh beberapa tahap
penetrasi pilosebaseus. Untuk zat-zat yang diabsorbsi melalui kedua jalan itu,
rute transpidermal adalah jalan masuk yang utama karena jumlah permukaan
absorbsi oleh unit-unit pilosebaseus relatif kecil. Absorbsi pada luas
permukaan epidermis 100 sampai 1000 kali lebih besar dari rute-rute absorbsi
lainnya. Bagian-bagian tubuh kelenjar keringat dan kantung-kantung rambut
tersebar diseluruh kulit dalam jumlah yang bervariasi, tetapi termasuk jarang,
jumlah daerah yang dilaluinya mungkin antara 0,1 sampai 1 % dari luas kulit
(Lachman, 1994).
D. Uraian Tentang Staphylococcus epidermis
1.
Klasifikasi
bakteri
Domain : Bacteria
Kerajaan : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Cocci
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus :
Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus epidermis (Rosenbach, 1884)
2.
Sifat
dan Morfologi Staphylococcus epidermis
Staphylococcus epidermis adalah mikroorganisme yang sangat kuat, yang
terdiri dari nonmotile, Gram positif cocci, berbentuk anggur seperti cluster. Membentuk putih,
mengangkat koloni sekitar 1-2 milimeter dengan diameter setelah inkubasi
semalam, dan nonhemolytic pada agar darah. Merupakan
katalase positif, koagulase -negatif, fakultatif
anaerob yang dapat tumbuh dengan respirasi
aerobik atau oleh fermentasi .Beberapa strain mungkin tidak fermentasi. (Bukhari M,
2004; Wikipedia 2012)
Uji biokimia menunjukkan mikroorganisme ini juga memiliki
reaksi lemah positif terhadap uji
reduktase nitrat . Tetapi positif untuk urease produksi, oksidase negatif, dan dapat menggunakan
glukosa, sukrosa, dan laktosa untuk membentuk produk asam. Dengan adanya laktosa, juga akan
menghasilkan gas. Staphylococcus
epidermis tidak memiliki gelatinase enzim, sehingga tidak dapat menghidrolisis gelatin. Hal ini sensitif terhadap Novobiocin , memberikan tes penting untuk membedakannya dari Staphylococcus saprophyticus , yang merupakan koagulase-negatif
Mirip dengan Staphylococcus aureus , dinding sel dari Staphylococcus epidermis memiliki
protein transferin yang mengikat yang membantu organisme memperoleh besi dari transferin . Para
tetramers dari dehidrogenase permukaan terbuka protein,
gliseraldehida-3-fosfat, diyakini mengikat transferin dan menghapus besi. Langkah-langkah berikutnya termasuk
besi yang ditransfer ke permukaan lipoprotein, maka untuk mengangkut protein
yang membawa besi ke dalam sel.
E. Uji Mikrobiologi (Risco gobel, 1991)
Dikenal beberapa pengujian secara biologis, terhadap daya mikroba dari
bahan-bahan kemoterapeutik seperti antibakteri,antiseptik dan desinfektan.
Umumnya pengujian mikrobiologis dilakukan terhadap kebanyakan antimikroba.
Terhadap cara pengujian ini dapat dipakai untuk bahan-bahan lain yang mempunyai
kemampuan menghambat dan membunuh mikroorganisme. Cara pengujian efektifitas antimikroba dalam hal
ini adalah metode difusi.
Pada metode ini kemampuan antibakteri atau mikroba ditentukan
berdasarkan luasnya daerah penghambat yang tertentu. Metode ini dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa cara:
a.
Cara difusi dengan plat selinder
Cara ini berdasarkan
atas perbandingan antara daerah hambatan yang dibentuk oleh larutan contoh
terhadap pertumbuhan dari mikroba dengan daerah hambatan yang terjadi oleh
larutan contoh dimasukkan kedalamnya.
b.
Cara difusi dengan plat mangkuk
Prinsip ini cara kerjanya
sama dengan plat silinder. Perbedaanya adalah pada cara ini mengunakan alat berupa cup
platte yaitu lubang atau semacam mangkuk yang diletakkan diatas
medium.
c.
Cara difusi dengan kertas saring
Perbedaan dari kedua
cara diatas menggunkan kertas saring yang dibuat dengan bentuk dan ukuran
tertentu, Biasanya berbentuk bulat dengan diameter 7-10 mm. Cara ini cepat dan
prektis serta alat yang digunakan sederhana. Pengamatan setelah masa inkubasi
dengan melihat daerah hambatan yang terjadi.
d.
Cara difusi Kirby-bauer
Cara ini menggunkan
kertas saring dan cawan Petri yang digunakan berukuran 150 x 15 mm sehingga
langsung dapat diuji dengan konsentrasi larutan contoh.
e.
Cara difusi agar berlapis
Cara ini merupakan suatu modifikasi cara Kirby-bauer. Perbedaannya pada cara ini menggunakan dua lapisan agar,
lapisan dasar (Base layer) dan lapisan atas (seed layer) mengandung mikroba.
F.
Uraian Bahan
1. Air Suling (Depkes RI, 1979)
Sinonim :
AQUA DESTILLATA
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian :
Berupa cairan jernih, tidak berwarna,
tidak
berbau, tidak mempunyai rasa.
Kegunaan
: Sebagai pelarut.
2.
Setil Alkohol
(DITJEN POM, 1979)
Sinonim :
Alcoholum cetylicum
Berat Molekul :
242,44
Pemerian : Serpihan putih
licin,granul, atau kubus,
putih, bau khas lemah,rasa lemah.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam
etanol dan dalam eter,
kelarutan
bertambah dengan naiknya
suhu.
Kegunaan :
Sebagai Penambah viskositas.
3.
Garnier(Eldhieya. 2011)
Garnier adalah skin care
untuk wajah berkulit kusam, tidak bercahaya, dan punya beberapa bintik cokelat.
Garnier Light juga cocok bagi mereka yang mendambakan kulit lebih putih dan
terawat, ingin mempertahankan kulitnya yang putih, serta ingin warna kulit yang
merata. Garnier mengandung pure lemon essence, yaitu kombinasi dari sari lemon
asli dan vitamin C, yang berfungsi untuk mengangkat sel kulit mati, membuat
kulit menjadi bercahaya, dan mempertahankan kandungan vitamin C di dalam kulit.
Selain itu, Garnier juga mengandung bahan aktif Long Dan. Bahan aktif Long Dan
adalah akar-akaran yang berasal dari negeri Cina, yang aktif untuk mencerahkan
warna kulit, mengatur produksi melanin, serta mencegah penyebaran flek. Garnier
juga mengandung SPF 15 yang dapat melindungi kulit dari sinar matahari
sebanyak 15 kali lipat.
Produk Garnier Light terdiri dari:
1. Light Gentle Clarifying foam (100 ml, 50 ml) Foam yang berfungsi untuk
membersihkan wajah, mengangkat sel kulit mati, dan membersihkan make up.
2. Light Milky Lightening Dew (Toner) Toner dengan tekstur milky yang
berfungsi untuk mengangkat sel kulit mati, mencerahkan sel kulit kusam, dan
menyegarkan kulit wajah.
3. Light Whiten and Protect Moisturizer cream SPF 15 (cream 50m dan 20 ml)
Krim yang mengandung SPF 15, ditujukan bagi kulit wajah yang normal. Cream ini
berfungsi untuk mencerahkan kulit wajah yang kusam, menghilangkan spot atau
flek cokelat, dan melindungi kulit wajah dari sinar UV.
4. Light Complete Multi-action Whitening cream Krim yang mengandung
Salicylic Acid Derivative yang berfungsi untuk mengontrol minyak agar tidak
berlebih sehingga kulit terlihat bebas kilap hingga 8 jam, menyamarkan bintik
hitam dan bekas jerawat, serta membunuh bakteri penyebab jerawat. Light
Complete Multi-action Whitening cream ini ditujukan bagi kulit wajah yang
normal dan agak berminyak.
5. Light 24 H programKrim pagi dan malam untuk perawatan intensif
untuk warna kulit lebih cerah.
6. Light Brightening Scrub (100 ml, 50 ml)
Scrub dengan
micro beads lembut, yang membantu mengangkat sel kulit mati dan komedo, serta
mencerahkan sel kulit kusam. Gunakan scrub ini satu kali dalam 3 hari.
7. Light Dark Spot Corrector Pen
Berfungsi untuk menghilangkan noda hitam di wajah. Aplikasikan hanya
pada daerah yang bermasalah.
8. Eye Roll–On Merupakan satu-satunya eye roll-on yang ada saat ini. ERO
mengandung caffeine yang membantu melancarkan sirkulasi peredaran darah,
membuat mata segar, dan kulit terlihat cerah. Selain itu, terdapat juga
kandungan Pro Vitamin B5 yang berfungsi memberikan kadar air yang cukup
dan juga melembabkan area sekitar mata. Gunakan ERO 5 kali dalam sehari untuk
hasil yang maksimal, serta setelah menatap layar TV ataupun komputer, maka
hasilnya akan terlihat setelah kurang lebih 4 minggu pemakaian.
9. Lightening Peel-Off Mask Masker yang sangat efektif untuk membantu
pencerahan kulit wajah, mengangkat kotoran dan sel kulit mati, serta membantu
mengencangkan kulit wajah, yang dapat dipakai untuk semua jenis kulit (normal,
kering ataupun berminyak). Masker ini berbentuk gel yang akan mengering setelah
15 menit dan mudah untuk dikelupas, lalu dibersihkan dengan air/ toner.
Gunakan 1 minggu sekali atau jika dibutuhkan.
10. Light Whitening Infusion Tissue Mask Masker wajah berbentuk tissue yang
dapat mencerahkan, memberikan kelembaban dan nutrisi pada kulit, yang cukup
dipakai selama 15 menit, dan dapat dipakai untuk semua jenis kulit (normal,
kering ataupun berminyak). Masker ini tidak perlu dibilas, cukup pijat sisa
masker yang masih tersisa di wajah. Sekali pemakaian masker sama dengan 14 hari
perawatan pencerahan.
11. Light Face Powder Bedak yang aman untuk pemakaian sehari-hari dan untuk
kulit sensitif. Bedak ini mengandung Vitamin C yang membuat kulit terlihat cerah
alami, SPF 18 melindungi kulit dari sinar matahari, 100% bebas minyak, non
comedogenic, non parfume, tidak menyumbat pori-pori, serta sudah diuji coba
secara dermatologi. Gunakan bedak ini setelah pemakaian Light Gentle Clarifying
Foam dan Light Cream SPF 15.
Garnier Pure ditujukan untuk wajah yang
berminyak, berjerawat, berpori-pori besar, kulit tidak merata, kulit kemerahan
karena jerawat, serta berkomedo. Garnier Pure terdiri dari bahan aktif Zinc
Mineral, yang berfungsi untuk mengatur produksi minyak, Salicylic Acid, yang
berfungsi sebagai anti bakteri yang mencegah pembentukan jerawat dan mengangkat
sel kulit mati (yang menyebabkan kulit tersumbat), serta sari ketimun
(cucumber), untuk membersihkan, menyegarkan, melembabkan, dan mengecilkan pori-pori
di wajah.
Produk Garnier Pure terdiri dari:
1. Pore Unblock Foam Untuk membersihkan wajah berminyak, berjerawat dan
kulit tidak merata. Bentuknya menyerupai scrub yang halus.
2. Pore Tightening Astringent Toner/ penyegar yang membantu mengecilkan
pori-pori di wajah dan memberikan hasil yang matte (tidak mengkilap).
3. Pure A Daily Moisturizer Pelembab yang membantu mengecilkan pori-pori di
wajah dan meratakan kulit dari bekas jerawat, serta memberikan hasil yang matte
(tidak mengkilap).
4. Pure A Anti Imperfection Wash Scrub untuk kulit berjerawat dan
berkomedo, dipakai 2 kali dalam seminggu.
5. SOS Blemish Clear Pen Obat jerawat berwarna bening yang dipakai pada
bagian-bagian yang berjerawat pada wajah.
6. Pure Self-Heating Sauna MASK Bi-Dose 2 x 6ml
Masker untuk kulit berminyak, berkomedo, dan kombinasi. Masker ini membantu mengecilkan pori-pori dan menghilangkan sebum, serta komedo yang berlebihan. Bentuknya berupa pasta yang memberikan efek hangat ketika dipakai, cukup dipakai selama 2-3 menit, lalu dibilas dengan air. Dipakai 1 kali dalam seminggu atau jika dibutuhkan.
Masker untuk kulit berminyak, berkomedo, dan kombinasi. Masker ini membantu mengecilkan pori-pori dan menghilangkan sebum, serta komedo yang berlebihan. Bentuknya berupa pasta yang memberikan efek hangat ketika dipakai, cukup dipakai selama 2-3 menit, lalu dibilas dengan air. Dipakai 1 kali dalam seminggu atau jika dibutuhkan.
4.
Viva white (Ratukosmetik , 2010)
Krim Viva white berfungsi ganda sebagai face cleanser
& masker yang diperkaya dengan ekstract yoghurt untuk menjadikan kulit
tampak lebih cerah dan Ektract Aloe Vera serta D-Panthenol untuk menjaga
kelembaban dan kelembutan kulit wajah.
Cara pemakaian :
Sebagai face cleanser :
Basahi wajah, keluarkan cleanser
secukupnya pada telapak tangan dan busakan. Ratakan di seluruh wajah sambil
dipijat perlahan. Bilas dengan air.
Sebagai masker :
Ratakan pada wajah, hindari
daerah mata. Biarkan mengering selama + 3 menit. Bilas dengan air.
Netto : 50g
5. Sakura Cream
Cream Sakura terbuat dari Japanese Botanical Traditional Ekstrak yang
berkhasiat mengatasi penuaan dini. Ekstrak bunga sakura telah terbukti
mencerahkan dan menghidupkan kembali kulit mati. Perawatan Sakura Cream
dipercaya dapat menenangkan masalah kulit, seperti Sinar UV, Penuaan dan
Terbakar,
Cream Sakura ini terbuat dari bahan2 alami
dari Jepang yang sangat lembut.
Bahan – bahan yang terkandung didalam
Cream Sakura :
1. Sakura Extract – PC = Ekstrak Buka Sakura, Mencegah
kulit dari kekeringan yang menyebabkan penuaan, dan memberikan kontribusi
menyatu dengan Kolagen. dan juga membantu membentuk melanin untuk wajah.
2. Sakura Extract – B = Ekstrak Somei-Yoshino, Melindungi
kulit dari kulit kasar dan terbakar, Mencegah dari produksi melanine. Bahan ini lembut untuk kulit sensitif.
3. Extract Sari Buah Mume = Mencegah dari penuaan yang
menyebabkan kulit menguning. Melembutkan dan Me-Regenerasi kulit menjadi lebih
baik.
4. Green Tea Extract = Ekstrak Teh Hijau yang berasal
dari Daun Teh Hijau ini memiliki efek Anti-Oksidan dan zat anti kerut. Dapat
menutup pori2, meng-kenyal-kan dan mengencangkan kulit.
5. Coenzyme Q10 (COQ10) = Senyawa ini dapat menetralisir
radikal bebas yang masuk. Pemakaian produk yang mengandung COQ10 selama
beberapa minggu dapat menyamarkan kerutan pada wajah.
6. Extract Bengkuang (Derma White) = Bengkuang sering
dipakai untuk bahan kecantikan, karena kegunaanya sebagai bahan aktif
penghilang noda hitam, khususnya di bagian wajah dan mampu menghilangkan noda
bekas jerawat.
7. Jamur Lingzhi = Jamur Lingzhi merupakan jamur yg
tumbuh di negara Jepang, mampu meningkatkan kegubaran tubuh/awet muda
(germanium organic) melebihi khasiat ginseng 6x lipat. mampu membersihkan
racun/iritasi pada wajah (polisakarida,triterpenoid). mampu meregenerasi
sel-sel kulit yg tidak normal, serta antijamur,antialergi,antiradiasi.
8. Suncreen Protection Factor 30 (SPF 30) = mengandung titanium dioksida dan avobenzena
untuk melindungi kulit dari sinar matahari yang mengakibatkan kelainan warna
kulit, kerutan dan kulit menjadi kendur.
9. Oxygen and Mineral = Membantu mempercepat penyerapan
pada kulit, memberikan hasil yang maksimal.
Khasiat :
Membuat wajah menjadi Putih Merona.
Melindungi dari sinar UV. Menghilangkan Jerawat dan Bekas Jerawat /
Noda Hitam.
Mengecilkan Pori-Pori.
Mencerahkan kawasan gelap yang tidak
merata.
Melembutkan dan Melembabkan kulit.
Mengencangkan dan membuat kulit kenyal.
Sehat untuk wajah.
Cara Pemakaian :
Day Cream = Dipakai tipis merata ke bagian
wajah yang sudah dibersihkan, antara jam 6 pagi – 3 Siang Night Cream = Dipakai Tipis merata ke bagian
wajah yang sudah dibersihkan, antara jam 7 malam – 12 malam
Note :
Semua ream wajah tidak ada yang permanen,
kecuali operasi wajah. Jadi jika mau hasil yang sangat baik
dianjurkan dipakai terus. Jika anda ingin memakai bedak / tidak itu
tidak masalah. Cream Sakura / semua cream wajah tidak ada yg
bergaransi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis dan desain Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan secara eksperimen di laboratorium,
dengan desain penelitian yaitu sampel krim yang dibuat masing-masing dengan konsentrasi 1%, 1,5% dan 2,5%
kemudian dilakukan pengujian efektifitas .
B.
Waktu dan tempat
penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni tahun 2013 di laboratorium Mikrobiologi Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia Timur Makassar.
C.
Alat dan bahan yang
digunakan
Alat-alat yang digunakan adalah : Cawan Petri, Erlenmeyer, Gelas Ukur, Gelas Kimia, Inkubator, Labu
Ukur, Ose bulat/lurus, Penangas Air, paperdisc, Pinset, Tabung teaksi, Rotary, Evaporator, Timbangan Analitik, Timbangan Kasar,
Bahan yang digunakan adalah : Aluminium Foil, Aquadest, Biakan bakteri, Cetil Alkohol, pH meter, Kertas Saring, Krim, Medium Nutrien
Agar (NA), Etanol, NaCl 0,9%.
D. Prosedur kerja
1.
Pengambilan dan pengolahan sampel
a.
|
Pengambilan
sampel
b.
Sampel yang
digunakan adalah sdiaan krim yang beredar di kota Makassar.
c.
Sterilisasi
alat
Semua alat yang
berbahan gelas (cawan petrik, pperdisc) dilakukan sterilisasi dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit. Ose bulat dipijarkan pada api langsung.
2.
Uji
efektifitas sediaan krim antibakteri
a.
Pembuatan medium
Masing-masing
bahan ditimbang lalu dilarutkan dalam air suling hingga 250 ml, kemudian dipanaskan diatas penangas air supaya larut
sempurna. Lalu ukur pH-nya hingga 7,2 kemudian disterilkan dalam autoklaf pada
suhu 121º C selamA 15 menit.
b. Penyiapan Bakteri Uji
1. Peremajaan Kultur Murni Mikroba Uji
Staphylococcus epidermis diambil 1 ose dan
diinokulasikan dengan cara di goreskan secara zig-zag pada medium NA miring
kemudian diinkubasi dalam incubator pada suhu 37oC
selama 24 jam.
2. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
Bakteri hasil peremajaan diambil 1 ose lalu disuspensikan
dengan 3 ml larutan fisiologis NaCl 0,9% lalu dihomogenkan.
3.
Pengenceran krim
Dibuat
pengenceran krim untuk uji formula kontrol dan formula konsentrasi 2 dengan
cara ditimbang 2 gram krim kemudian ditambahkan
air suling sebanyak 10 ml ke dalam wadah, dikocok hingga homogen atau
terdispersi. Cara yang sama dilakukan untuk pembuatan pengenceran krim dengan
konsentrasi 4 dan 6.
4. Pengujian sampel terhadap bakteri uji
a. Media
Nutrien
Agar dituang secara aseptis kedalam cawan petri steril
sebanyak 10 ml dibiarkan membeku sebagai lapisan dasar (base layer)
b. Setelah
itu disiapkan Nutrien
Agar sebanyak 5
ml, ditambahkan 0,02 ml suspensi bakteri
dituang diatas permukaan media yang telah membeku sehingga membentuk lapisan
yang homogen sebagai lapisan atas (seed layer).
c. Pencadang
dimasukkan secara aseptis kedalam cawan petri dengan
jarak 2-3 cm dari pinggir cawan petri.
d. Lalu
masing-masing suspensi sampel krim dimasukkan kedalam pencadang sebanyak 0,2
ml, diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam. Daerah
hambatan yang terbentuk diukur dengan mistar geser. Perlakukan ini dilakukan
sebanyak 3 kali dan diambil rata-ratanya.
E.
Pengamatan dan
Pengukuran Diameter Hambatan
Pengamatan
dan pengukuran diameter hambatan dilakukan setelah massa inkubasi 1 x 24 jam pada
suhu 36
– 37oC
dengan menggunakan mistar geser (mitutoyo).
F.
Pengolahan dan analisis data
Data
yang diperoleh dari pengukuran diameter hambatan di tabulasi kemudian dirata-ratakan lalu di
analisis menggunakan persamaan regresi linear.
Rumus
persamaan Regresi : y = a + bx
Keterangan
: y = Serapan
X = Konsentrasi
a = intersef
b = kemiringan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh untuk Uji
Efektivitas Pengawet Pada Sediaan Krim Terstandarisasi Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Penyebab
Infeksi Kulit. adalah sebagai berikut :
Hasil pengukuran diameter hambatan terhadap
bakteri penyebab infeksi kulit diperoleh
data sebagai berikut :
Tabel 2.
Hasil pengukuran Uji
Efektivitas Pengawet Pada Sediaan Krim Terstandarisasi Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Penyebab
Infeksi Kulit.
Sampel
Sediaan krim
|
Rata-rata Diameter Zona Hambatan (mm)
|
||
1 %
|
1,5%
|
2,5%
|
|
A1
A2
A3
|
5.77
5.97
5.02
|
8.02
8.92
8.07
|
11.57
11.42
11.67
|
Jumlah (∑)
|
16.76
|
25.01
|
34.66
|
Rata-rata
|
5,59
|
8.33
|
11.55
|
B1
B2
B3
|
9,50
9,54
9,56
|
10,35
10,38
10,40
|
11,95
12,15
12,57
|
Jumlah (∑)
|
28.6
|
31.13
|
36.67
|
Rata-rata
|
9.53
|
10,38
|
12.22
|
C1
C2
C3
|
9,15
9,18
9,29
|
9,25
9,56
9,82
|
10,58
10,64
10,83
|
Jumlah (∑)
|
27.61
|
28.63
|
32.05
|
Rata-rata
|
9.20
|
9.54
|
10.68
|
Kontrol
|
0
|
0
|
0
|
B.
Pembahasan
Penelitian ini menggunakan sediaan krim
terstandarisasi yang beredar di kota
Makassar, kemudian sampel krim tersebut dibuat pengenceran masing-masing dengan konsentrasi 1%, 1,5%, 2,5% dan
untuk formula kontrol di buat tanpa sampel sediaan krim kemudian dilakukan
pengujian efektifitas pengawet terhadap bakteri penyebab infeksi kulit.
Sediaan sediaan krim terstandarisasi
dievaluasi dengan pengujian aktivitas pengawet antimikroba
dimana bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bakteri penyebab infeksi kulit.
Pengujian daya hambat terhadap pertumbuhan
bakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar berlapis. Sebelum
dilakukan pengujian daya hambat terlebih dahulu bakteri diinokulasi pada Nutrien
Agar
(NA) miring dalam
tabung reaksi untuk meremajakan kultur bakteri murni agar prtumbuhan dalam
media uji optimal. Bakteri yang diremajakan disuspensikan ke dalam NaCl 0,9%
b/v steril. Hal ini bertujuan untuk menjaga kondisi fisiologis bakteri uji.
Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa sediaan krim terstandarisasi yang beredar di kota makassar menghasilkan rata-rata zona
hambatan terbesar (optimal) terhadap bakteri Penyebab infeksi kulit,
diameter zona hambatan terbesar setelah masa inkubasi 1x24 jam ditunjukkan oleh
sediaan krim A dengan
konsentrasi 1,5% yaitu sebesar 5,59 mm, konsentrasi 1,5 %
dengan diameter 8,33 mm dan
konsentrasi 2,5% dengan diameter 11.55 mm. Diameter hambatan sediaan krim B konsentrasi 1,5% yaitu sebesar 9,53
mm, konsentrasi 1,5 % dengan diameter 10,38 mm dan konsentrasi 2,5%
dengan diameter 12,22 mm, sedangkan diameter hambatan sediaan krim C konsentrasi 1,5%
yaitu sebesar 9,28 mm, konsentrasi
1,5 % dengan diameter 9,54 mm dan konsentrasi 2,5%
dengan diameter 10,68 mm, sementara untuk kontrol negatif tidak didapatkan zona hambatan.
Hasil perhitungan persamaan
regresi linear sediaan krim A pada konsentrasi 2,5%
yaitu sebesar 11.71 mm, selanjutnya diikuti oleh
konsentrasi 1,5 % dengan diameter 7.85 mm dan konsentrasi 1 % dengan diameter 5.91 mm. Untuk sediaan krim B pada konsentrasi 2,5%
yaitu sebesar 12.05 mm, konsentrasi 1,5 % dengan diameter 5.30 mm dan
konsentrasi 1 % dengan diameter 9,74 mm, Untuk sediaan krim C pada
konsentrasi 2,5% yaitu sebesar 9.33
mm, konsentrasi 1,5 %
dengan diameter 8,32 mm dan konsentrasi 1 % dengan diameter 7,82
mm, sedangkan kontrol negatif 0. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin besar
daya hambat yang terjadi.
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa ke tiga sediaan krim dengan masing-masing konsentrasi 1%,
1,5%, dan 2,5% mengandung pengawet yang
efektif menghambat pertumbuhan bakteri Penyebab infeksi kulit. Lebih besarnya diameter zona hambatan pada konsentrasi 2,5% dapat disebabkan perbedaan
kandungan pengawet yang
terikat pada setiap konsentrasi krim
dimana semakin tinggi konsentrasi sediaan krim
yang digunakan maka semakin banyak pula kandungan
pengawet. Hal ini sesuai dengan pernyataan Barnet (1992) yang menyatakan
bahwa perbedaan besarnya daerah hambatan untuk masing-masing konsentrasi dapat
disebabkan karena perbedaan besarnya kandungan zat aktif.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka
dapat disimpulkan bahwa :
1.
Sediaan krim A, B dan C dengan
konsentrasi 1%, 1,5%, dan 2,5% memiliki kandungan pengawet yang dapat menghambat
pertumbuhan
bakteri penyebab infeksi kulit.
2.
Dari hasil perhitungan persamaan
regresi linear sediaan krim A pada konsentrasi 2,5% (11,71mm), 1,5% (7,85mm) dan 1% (5,91mm), sediaan krim B pada konsentrasi 2,5% (12,05mm), 1,5% (5,30mm) dan 1% (9,74mm), dan sediaan krim C pada konsentrasi 2,5% (9,33mm), 1,5% (8,32mm) dan 1% (7,82mm). Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin besar daya hambat
yang terjadi.
3.
Sediaan krim yang memilki diameter zona
hambatan paling besar adalah sediaan krim B pada konsentrasi 2,5% yaitu
12,05mm, dan ini menunjukkan bahwa sediaan krim B memilki kandungan pengawet
yang lebih besar dibandingkan dengan sediaan krim A dan C.
B.
Saran
Untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai uji
efektivitas sediaan krim berdasar dengan kandungan yang lain yang terdapat
dlam sediaan krim yang beredar di
Kota makassar dengan pengujian terhadap bakteri uji yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Analy. J. 2001,” Uji Efektivitas Pengawet (Preservative
Effectiveness Test
/ PET)”. PT Indo Kordsa
Tbk.
Ansel HC 1995. “Introduction to pharmaceutical dosage forms”.
Georgia: Lea and Febiger.
BPOM RI
2008, “Daftar Bahan Pengawet Yang Diizinkan Digunakan
Dalam Kosmetik”, Peraturan Kepala Badan POM Republik Indonesia Nomor :
HK.00.05.42.1018 Tentang Bahan Kosmetik.
Cross S, Robert M. 2008, “Transdermal
drug delivery” (Internet) Cited Nov 28. Available from: www.chemelab.ucsd.edu/hydrogel/index.html.
Departemen
kesehatan RI. 1979, “Farmakope Indonesia
edisi III”, departemen kesehatan RI, Jakarta.
Djuanda,
A, 2007,” Ilmu penyakit kulit dan kelamin”.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Djide
N, 2008. “ Dasar-Dasar Mikrobiuologi
Farmasi”. Universitas Hasanuddin : Makassar.
Eldhieya. 2011 “ Semua
Tentang Garnier” blogspot.com/2011/08/semua-tentang-produk-garnier.html
Lachman,1994
“ Teori dan praktek farmasi industry ” , edisi
ketiga. Universitas Indonesia - press. Jakarta .
Risco, M. N, Gobel. R.B, 1991, “Metode Instrumental dalam Mikrobiologi Umum”, Fakultas
MIPA UNHAS, Makassar.
Ratukosmetik , 2010. “viva white clean mask refreshner” com/wp-site/facial-skincare/face-mask/viva-white-clean- mask- refreshner.
Sharma S. 2008 “Topical drug delivery system” : A review. Pharmaceut. Rev.
Subagja. R. 2012, “ Efektifitas
Bahan Pengawet ” Media Anada Jalan,
Raya Sukabumi . Indonesia
Strober BE, Washenik K, Shupack JL. 2008,
“Principles of topical therapy. In”:
Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen K, eds. Dermatology in
general medicine. 7th ed. New York.
Sefran, 2012, “serba serbikuliah” .blogspot.com /2012/03 /prinsip-pengawetan-bahan-dan-produk.html.
lampiran
Gambar
2. Skema kerja Uji Efektivitas Pengawet Pada Sediaan Krim Terstandarisasi Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Penyebab Infeksi Kulit.
Lampiran 1. Hasil
perhitungan persamaan Regresi Linier Uji Efektivitas
Pengawet Pada Sediaan Krim Terstandarisasi Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Penyebab Infeksi Kulit.
Perhitungan
regresi Sampel sediaan krim A
Perlakuan
|
x
|
y
|
x2
|
y2
|
xy
|
1
|
1
|
5,59
|
1
|
31.25
|
5.59
|
2
|
1.5
|
8.33
|
2.25
|
69.39
|
12.49
|
3
|
2.5
|
11.55
|
6.25
|
133.40
|
28.88
|
Jumlah
|
5
|
25.47
|
9.5
|
234.04
|
46.96
|
Persamaan
Garis Regresi y = a + bx
Dimana
: Y = Diameter zona hambatan
rata-rata (mm)
X = Konsentrasi (%)
a =
Intersep (Konstanta / Potongan pada sumbu vertikal (x)
oleh garis regresi)
b = Slope
/ Kemiringan ( hubungan antara sumbu x dan sumbu
y)
n = Jumlah
data
Berdasarkan
rumus maka :
Lampiran
2. Hasil pengukuran diameter hambatan Uji
Efektivitas pengawet Pada Sediaan Krim Terstandarisasi
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab Infeksi
Kulit. Pada inkubasi
24 jam dengan
persamaan regresi linier.
Hasil Garis
Regresi Linier Sampel A
Formula
|
Sumbu x
(Konsentrasi Sediaan
(%) b/v
|
Sumbu y
(Diameter Zona
Hambatan)
|
Kontrol
1
2
3
|
0
1
1.5
2.5
|
0
5.59
8.33
11.55
|
Berdasarkan
rumus : y = a + b x
y = 2.047 + 3.866x
Untuk
kontrol, maka Y = 0
Untuk sediaan
A1
(1%) maka Y =
a + bx
=
2.047 + 3.866(1)
=
2.047 + 3.866
=
5.91
Untuk sediaan A2 (1,5%) maka Y = a +bx
=
2.047 + 3.866(1.5)
=
2.047 + 5.799
=
7.85
Untuk sediaan A3 (2,5%) maka Y = a + bx
=
2.047 + 3.866 (2.5)
=
2.047 + 9.665
=
11.71
Gambar
3. : Histogram Diameter Hambatan Uji
Efektivitas pengawet Pada Sediaan Krim Terstandarisasi
Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Penyebab
Infeksi Kulit. Pada inkubasi
24 jam dengan
persamaan regresi linier.
Keterangan : A = Formula kontrol
B = Konsentrasi 1%
C = Konsentrasi 1.5%
D = Konsentrasi 2.5%
Gambar 4. Kurva
Diameter Uji Efektivitas
pengawet Pada Sediaan Krim Terstandarisasi Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Penyebab
Infeksi Kulit.
Pada
inkubasi 24 jam dengan persamaan regresi
linier.
Keterangan : 1 = kontrol
2 = Konsentrasi 1%
3 = Konsentrasi 1.5%
4 = Konsentrasi 2.5%
Lampiran 3. Hasil
perhitungan persamaan Regresi Linier Uji Efektivitas Pengawet
Pada Sediaan Krim Terstandarisasi Terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab Infeksi
Kulit.
Perhitungan regresi Sampel B
Perlakuan
|
x
|
Y
|
x2
|
y2
|
xy
|
1
|
1
|
9.53
|
1
|
90.82
|
9.53
|
2
|
1.5
|
10,38
|
2.25
|
107.74
|
15.57
|
3
|
2.5
|
12.22
|
6.25
|
149.33
|
30.55
|
Jumlah
|
5
|
32.31
|
9.5
|
347.89
|
55.65
|
Persamaan
Garis Regresi y = a + bx
Dimana
: Y = Diameter zona hambatan
rata-rata (mm)
X = Konsentrasi (%)
a =
Intersep (Konstanta / Potongan pada sumbu vertikal (x)
oleh garis regresi)
b = Slope
/ Kemiringan ( hubungan antara sumbu x dan sumbu
y)
n = Jumlah
data
=
a = 8.2
Sehingga persamaan
garis regresi linier : y = a + bx
Y = 8.2 + 1.542x
Lampiran
4. Hasil
pengukuran diameter hambatan Uji Efektivitas pengawet Pada Sediaan Krim Terstandarisasi
Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Penyebab
Infeksi Kulit. Pada inkubasi
24 jam dengan
persamaan regresi linier.
Hasil Garis Regresi Linier Sampel B
Formula
|
Sumbu x
(Konsentrasi Sediaan
(%) b/v
|
Sumbu y
(Diameter Zona
Hambatan)
|
Kontrol
1
2
3
|
0
1
1.5
2.5
|
0
9.53
10,38
12.22
|
Berdasarkan
rumus : y = a + b x
y = 8.2 + 1.542x
Untuk
kontrol, maka Y = 0
Untuk sediaan B1 (1%) maka Y = a + bx
=
8.2 + 1.542x(1)
=
8.2 + 1.542
=
9.74
Untuk sediaan
B2
(1,5%) maka Y =
a +bx
=
28.2 + 1.542(1.5)
=
2.993 + 2.313
=
5.30
Untuk sediaan B3 (2,5%) maka Y = a + bx
=
8.2 + 1.542(2.5)
=
8.2 + 3.855
=
12.05
Gambar
5. : Histogram Diameter Hambatan Uji
Efektivitas pengawet Pada Sediaan Krim Terstandarisasi
Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Penyebab
Infeksi Kulit. Pada inkubasi
24 jam dengan
persamaan regresi linier.
Keterangan : A = Formula kontrol
B = Konsentrasi 1%
C = Konsentrasi 1.5%
D = Konsentrasi 2.5%
Gambar 6. Kurva
Diameter Uji Efektivitas
pengawet Pada Sediaan Krim
Terstandarisasi Terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab Infeksi Kulit. Pada inkubasi 24 jam
dengan persamaan regresi linier.
Keterangan : 1 = Kontrol
2 = Konsentrasi 1%
3 = Konsentrasi 1.5%
4 = Konsentrasi 2.5%
Lampiran
5. Hasil perhitungan persamaan Regresi Linier Uji
Efektivitas Pengawet Pada Sediaan Krim Terstandarisasi Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Penyebab
Infeksi Kulit.
Perhitungan regresi Sampel C
Perlakuan
|
x
|
Y
|
x2
|
y2
|
xy
|
1
|
1
|
9.20
|
1
|
84.64
|
9.20
|
2
|
1.5
|
9.54
|
2.25
|
91.01
|
14.31
|
3
|
2.5
|
10.68
|
6.25
|
114.06
|
26.7
|
Jumlah
|
5
|
29.42
|
9.5
|
289.71
|
50.21
|
Persamaan
Garis Regresi y = a + bx
Dimana
: Y = Diameter zona hambatan
rata-rata (mm)
X = Konsentrasi (%)
a =
Intersep (Konstanta / Potongan pada sumbu vertikal (x)
oleh garis regresi)
b = Slope
/ Kemiringan ( hubungan antara sumbu x dan sumbu
y)
n = Jumlah
data
Lampiran
6. Hasil
pengukuran diameter hambatan Uji Efektivitas pengawet Pada Sediaan Krim Terstandarisasi
Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Penyebab
Infeksi Kulit. Pada inkubasi
24 jam dengan
persamaan regresi linier.
Hasil Garis Regresi Linier Sampel C
Formula
|
Sumbu x
(Konsentrasi Sediaan
(%) b/v
|
Sumbu y
(Diameter Zona
Hambatan)
|
Kontrol
1
2
3
|
0
1
1.5
2.5
|
0
9.20
9.54
10.68
|
Berdasarkan
rumus : y = a + b x
y = 6.81+ 1.008x
Untuk
kontrol, maka Y = 0
Untuk sediaan
C1 (1%) maka Y = a + bx
=
6.81+ 1.008x(1)
=
6.81+ 1.008 = 7.82
Untuk sediaan
C2
(1,5%) maka Y =
a +bx
=
6.81+ 1.008x (1.5)
=
6.81+ 1.512
=
8.32
Untuk sediaan
C3
(2,5%) maka Y = a + bx
=
6.81+ 1.008x(2.5)
=
6.81+ 2.52
=
9.33
Gambar
7. : Histogram Diameter Hambatan Uji
Efektivitas pengawet Pada Sediaan Krim
Terstandarisasi Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Penyebab Infeksi
Kulit. Pada inkubasi
24 jam dengan
persamaan regresi linier.
Keterangan : A = Kontrol
B = Konsentrasi 1%
C = Konsentrasi 1.5%
D = Konsentrasi 2.5%
Gambar 8. Kurva
Diameter Uji Efektivitas
pengawet Pada Sediaan Krim
Terstandarisasi Terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab Infeksi Kulit. Pada inkubasi 24 jam
dengan persamaan
regresi linier.
Keterangan : 1 = Kontrol
2 = Konsentrasi 1%
3 = Konsentrasi 1.5%
4 = Konsentrasi 2.5%
Gambar
6. Sampel
Sediaan krim
Keterangan :
A = sediaan krim Garnier
B = sediaan Krim Viva white
C = sediaan krim sakura white cream
Tidak ada komentar:
Posting Komentar